TEMPUSDEI.ID (22 JULI 2021)
Tahun ini Keluarga Mahasiswa Katolik Universitas Indonesia (KMK UI) genap berusia 40 tahun. Pada awalnya, umat Katolik di UI tergabung dalam POSA (Persatuan Oikoumene Sivitas Akademika) UI. POSA mewadahi bukan hanya mahasiswa, tapi juga seluruh sivitas akademika baik yang beragama Katolik maupun Protestan yang ada di UI. Pengurusnya adalah beberapa dosen, mahasiswa, dan karyawan administrasi keuangan rektorat. Visi pertama POSA UI adalah visi kesatuan seperti yang dimaksud dalam Yohanes 17:21.
Pada tahun 1983 umat Katolik di UI memisahkan membentuk KUKSA UI. KUKSA UI adalah singkatan dari Keluarga Umat Katolik Sivitas Akademika Universitas Indonesia). Sejak saat itu, Agama Katolik juga termasuk salah satu agama yang diajarkan di UI.
Kantor pertama KUKSA UI berada di Kramat 725 dengan Romo Ismartono SJ sebagai romo moderator hingga tahun 1993. Sebutan “Kramat 7” menjadi begitu terkenal di antara mahasiswa-mahasiswa UI Katolik ketika itu sebagai tempat pengaderan dan tempat mengasah daya kritis selaku mahasiswa.
Pada saat Kampus UI boyong ke Depok, lokasi KUKSA UI juga berpindah. Selanjutnya berlokasi di Wisma Sahabat Yesus (biasa dikenal dengan Wisma SY), di Jalan Margonda Depok. Wisma SY menjadi rumah yang hangat bagi para mahasiswa UI Katolik. Di sini mereka mengasah kepekaan diri dan kemampuan berorganisasi.
Saat itu KUKSA UI terdiri dari unsur dosen, mahasiswa, dan alumni sehingga tidak memiliki tata kelola organisasi yang cukup jelas. KUKSA UI juga belum diakui sebagai UKM oleh UI, namun telah memiliki pembina pada saat itu, yaitu Alex Kandouw, seorang dosen Fakultas Teknik UI. Walaupun belum diakui sebagai UKM, kegiatan KUKSA UI seperti retret, Misa bulanan dan sebagainya tetap berjalan. Ketua pertama KUKSA UI adalah Almarhum Yofen.
Pada tahun 1999, terjadi perubahan organisasi kemahasiswaan di UI. Semua organisasi diharuskan menjadi UKM. Saat itu, Drs. A. G. Sudibyo, M.Si ditugasi untuk merumuskan SK terkait perubahan organisasi KUKSA UI menjadi UKM KMK UI. Sejak saat itulah KUKSA UI berubah nama menjadi KMK UI (Keluarga Mahasiswa Katolik Universitas Indonesia).
Saat ini, KMK UI dipimpin oleh Rosalita Emanuella selaku Ketua Presidium KMK UI, Romo Swasono, SJ selaku moderator. Mewakili universitas, Mas Dibyo (demikian panggilan akrab pria yang menjadi konduktor UI selama belasan tahun), tetap menjadi orang yang paling dekat dengan mahasiswa UI Katolik.
KMK UI menaungi 13 KMK Fakultas dan masing-masing memiliki kepengurusan sendiri.
Bagaimana dengan Dosen dan Alumni?
Setelah KUKSA tidak lagi aktif, dan yang muncul kemudian adalah KMK, kegiatan terkait dosen dan alumni praktis tidak ada. Barulah pada 2010, Prof Adrianus Meliala memotori Misa Sivitas Akademika UI yang berlangsung antar kampus setiap dua bulan. Penggeraknya adalah para dosen di fakultas tempat misa diadakan. Itulah cikal-bakal Paguyuban Dosen UI Katolik yang terus bertahan hingga sekarang.
Pada pertengahan 2020, muncul sekelompok Alumni UI Katolik yang serius mendorong terbentuknya Alumnika UI. Itulah nama bagi perkumpulan alumni UI Katolik, yang kebanyakan adalah mantan mahasiswa yang rutin mengunjungi Kramat 7 atau Wisma SY pada zaman mereka masih mahasiswa. Pada awal tahun ini, Mathilda Birowo terpilih ketua yang pertama.
Paguyuban Dosen UI Katolik maupun Alumnika UI selama ini kompak mendukung KMK UI agar terus menjadi organisasi yang baik bagi seluruh mahasiswa UI Katolik.
Sementara itu, Wisma SY tidak lagi dimonopoli oleh mahasiswa UI. Status Wisma SY selaku Paroki Mahasiswa KAJ Unit Selatan membuat Wisma SY juga menjadi rumah hangat bagi mahasiswa dari beberapa kampus swasta di seputar Jakarta Selatan.
Keberadaan Wisma SY di wilayah Keuskupan Bogor juga membuat Romo Swasono SJ serta pendahulunya, Romo Yumartana, SJ, harus memberi perhatian terhadap kampus-kampus yang ada di Keuskupan Bogor.
Tahun ini, KMK UI mengusung nilai inklusif, kasih, keluarga, dan interaktif dengan visi untuk menjadi rumah berkumpulnya seluruh mahasiswa Katolik UI yang berlandaskan cinta kasih dan kekeluargaan.
KMK UI mewujudkan visinya dengan dibantu oleh pengurus Presidium KMK UI yang terdiri atas 45 orang yang terbagi ke dalam 6 divisi, yaitu divisi Keilmuan dan Liturgi (Kelit), Acara dan Kreatif (Aktif), Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM), Hubungan Masyarakat dan Multimedia (Humed), Penelitian dan Pengembangan (Litbang), serta Manajemen Usaha (Manus).
KMK UI memiliki berbagai program yang menunjang terwujudnya visi yang dimilikinya. Beberapa kegiatan besarnya adalah Natal KMK UI yang ditujukan pada segenap warga KMK UI untuk merayakan Natal dalam suka cita dan kebersamaan serta Sehari Bersama KMK (SBKMK) UI yang ditujukan untuk menyambut mahasiswa baru.
Di samping itu, KMK UI juga menyebar renungan dan fakta mengenai orang-orang suci melalui media sosial Instagram dan website KMK UI serta doa bersama dan Webinar pada bulan-bulan tertentu.
Tantangan KMK UI
Penyebaran virus COVID-19 membuat segala kegiatan akademik dipindah ke dalam jaringan (daring), termasuk segala kegiatan mahasiswa. Hal ini mendorong KMK UI untuk mengadaptasi segala program dan pelayanan yang dimilikinya menjadi daring. Contoh nyatanya, segala kegiatan kemahasiswaan mulai dari ibadah, perayaan syukur, temu akrab, sampai rapat pengurus dilakukan melalui konferensi virtual. Interaksi sosial semacam ini sebenarnya menjadi salah satu tantangan bagi KMK UI karena interaksi hanya terbatas media, artinya hanya bisa berinteraksi melalui media sosial sehingga apabila ada yang memilih untuk tidak aktif pada media sosial tertentu, maka semakin sulit untuk menjangkau mereka. Hal ini berdampak pada segala pelayanan dan program kerja yang dilaksanakan oleh KMK UI yang semuanya dilakukan dari, untuk, dan oleh warga KMK UI.
Tulisan ini disiapkan oleh Pengurus KMK UI dan dilengkapi oleh Adrianus Meliala