Fri. Nov 22nd, 2024

Penyair Menggugat Pesta Pora Pemerintah NTT di Tengah Pandemi

Saat pesta di Semau itu
Salah satu sindiran di Media Sosial

SEMARAK DI PANTAI SEMAU – FLOBAMORA
Oleh Simply da Flores
Anak Kampung Pulau Naga

Warna-warni lampu gemerlap di Pantai Semau,
depan wajah Kupang ibukota Propinsi NTT
Ombak samudera mengempas sejuta tanya duka lara
Pusaran arus Pukuafu
terus membayangi ingatan rakyat Flobamora
akan tragedi bencana Seroja dan Korona

Peringatan Istana Merdeka Jakarta masih menggema,
bahwa NTT harus waspada,
bahwa korban pandemi Covid-19 meningkat tajam,
bahwa bedang berlangsung PPKM level empat
dan proses vaksinasi

Terkuak aneka berita di layar dunia maya sejagat
ternyata ada pesta mewah
para penguasa daerah NTT
di Pantai Pulau Semau
para pejabat propinsi dan kabupaten
rayakan kekuasaan dan kemerdekaan

Mereka ternyata bebas
dari aturan Prokes Covid-19
Makanan nikmat,
alunan musik dan bisik rahasia canda cerita
menyanyi menari bahagia

Prokes hanya untuk rakyat,
pegawai kecil, masyarakat jelata
bergulat sakit duka lara dan kematian saudara
dan kebingungan terbelenggu ketakutan,
menjerit lapar dan dahaga
entah mencari ke mana,
semua serba butuh uang
dan tak ada pekerjaan pengasilan

Mungkin ini yang hasilkan gelar arti nama NTT
menjadi Nasib Tidak Tentu
Nusa Tanah Terkorup
Nusa Termiskin Tertinggal
Nanti Tuhan Tolong
karena pejabat berpesta-pora
rakyat duka lara derita

Dari ingar-bingar pesta
menggema alunan lagu ironi
“… Lebih baik di sini rumah kita sendiri…”
Mungkin ingatkan segenap rakyat agar diam
dan terima saja,
nyanyikan saja lagu Bolelebo:
“Bae sonde Bae, Flobamora Lebe Bae..”

Ombak lautan sejuta tanya
terus mengempas jiwa raga
duka derita sakit lara
masyarakat Pulau Timor Lorosae,
Tanah Sumba Bumi Marapu,
Pulau Flores Nusa Nipa,
Alor Pantar Pulau Kenari,
Rote dan Sabu Bumi Gula Aer
Rakyat Flobamora merana
hadapi Prokes dan serangan Korona
Para pejabat daerah
merdeka rayakan kewenangan
dan bebas aturan hukum

Memang setiap hari ada pertemuan alamiah
tetapi lautan dan samudera
dengan ombak gelombang yang mengempas
tidak pernah sama
dengan hamparan pasir pantai
yang pasrah tak berdaya
Mungkin para pejabat itu samudera,
dan rakyat hanya pasir pantai

ALPUKAT DAN SECANGKIR KOPI PAHIT
Oleh Simply da Flores

Alpukat:
Hai Black, kau terkenal ya. Sudah hitam, pahit, tapi disukai begitu banyak orang. Apa sih azimatmu?

Kopi Pahit:
Makasih pujianmu. Aku heran, engkau cantik, bergizi, energik, kenapa ya tidak menggoda? Belum ada ritual nikmati Alpukat

Alpukat:
Ya barang istimewa, tdak untuk semua orang. Hanya yang pandai merawat kesehatan dan tahu khasiat.

Kopi Pahit:
Testimoni pemirsa tentang siapa aku dan apa manfaatku, tidak perlu diperdebatkan.
Hitam dan pahit, tapi jadi favorit dan membius generasi

Alpukat dan Kopi Pahit:
Boleh kita bercanda, tapi kita sama kekayaan alam semesta. Zaman milenial ini, mari kita kolaborasi, bikin harmoni, berikan energi inspirasi

Kopi Pahit plus Avocado
Avocado with Black Coffee
AvoCoffee
Black AvoCoffee

Ha a a a

MENYEPI DI BATAS HARI
Oleh Simply da Flores

Terdengar suara riuh gemericik
di pucuk-pucuk lontar
Sepoi angin laut bersahutan
ucapkan selamat jalan pada senja yang pulang

Kawanan kuda liar
berlari penuh gelora rindu
damba memburu mentari
sepanjang hari….

Malam tiba sebentar lagi,
datang membawa purnama
Kuda, rusa dan semua fauna
penghuni savana tanah ini
akan berpesta asmara

Hanya hamparan padang ilalang
yang abadikan makna senja dan purnama
dengan energi misteri alam semesta

Related Post

One thought on “Penyair Menggugat Pesta Pora Pemerintah NTT di Tengah Pandemi”

Leave a Reply