Eleine Magdalena, Penulis buku-buku renungan best seller
Saya teringat ketika masih di SD, SMP bahkan SMA, saya selalu memanggil dan mencari Mama setiap kali masuk rumah sepulang dari sekolah. Saya kecewa kalau Mama tidak ada di rumah. Rasanya ada sesuatu yang kurang dan hilang. Saya senang jika ada Mama menemani di rumah.
Anak saya yang pertama pernah mengatakan, “Enak, ya kalau Mami di rumah pas kakak (menyebut dirinya sendiri) pulang sekolah”. Setiap kali anak-anak pulang sekolah, kalau tidak ada urusan yang sangat penting, saya berusaha selalu berada di rumah menemani mereka.
Kita senang ditemani oleh orang yang kita kasihi. Yesus berharap para murid menemani-Nya menjelang Ia disalib. Sebagai manusia, Ia merasa kesepian karena ditinggalkan para murid sekaligus sahabat-Nya. Yesus tahu kelemahan para murid, namun Ia tidak mencela atau menyalahkan mereka. Yesus menerima dan mengasihi mereka walaupun mereka punya kelemahan.
Banyak dari kita menyembunyikan bagian diri kita yang kita pikir jelek dan tidak kita sukai. Kita takut tampil apa adanya, takut menerima diri sendiri karena merasa buruk. Banyak juga yang menutupi bagian yang dirasa buruk dari dirinya karena takut ditolak atau tidak dicintai lagi jika orang lain mengetahuinya.
Yesus tahu keadaan kita sebenar-benarnya, namun Ia tetap menerima kita. Oleh karena itulah Yesus mengatakan di dalam Dia ada damai sejahtera. Dengan kata lain, Yesus mau mengatakan agar kita tidak putus asa menghadapi kelemahan dan kekurangan kita karena ada belas kasih dan pengampunan Ilahi. Jika Tuhan saja yang maha sempurna itu mau menerima kita dalam keadaan yang paling buruk, apa lagi yang perlu kita tolak dari diri kita?
Suami atau istri tanpa sadar sering saling menuntut dan menyalahkan. Menuntut pasangan untuk berubah dan menjadi kecewa jika tidak mendapat apa yang diharapkan. Kita perlu belajar untuk menerima orang lain. Memang tidak mudah dan memerlukan banyak latihan. Tapi jika kita sadar bahwa Yesus telah lebih dulu menerima kita yang berdosa dan banyak kekurangan ini, maka tentunya kita pun perlu menerima orang lain.
Terkadang mungkin kita merasa putus asa melihat kekurangan dalam diri sendiri, pasangan, anggota keluarga ataupun teman-teman namun Yesus terus mengingatkan agar kita tidak berkecil hati dan tetap berharap pada rahmat-Nya. Tetaplah tersenyum, tetaplah memaafkan, tetaplah menemani, maka pada waktu-Nya Tuhanlah yang menumbuhkan kebaikan-kebaikan dalam diri kita dan orang lain di sekitar kita.
Jika telah cukup waktunya, Tuhan yang melihat semua itu akan memberikan hasil yang berlimpah bagi setiap orang yang tekun berusaha dan berharap kepada-Nya.
Yesus mempunyai iman kepada Bapa-Nya. Ia percaya kepada Bapa-Nya. Walaupun manusia meninggalkan-Nya, tetapi Bapa tidak pernah meninggalkan-Nya. Kita pun sebagai anak-anak Bapa tidak akan pernah ditinggalkan-Nya berjuang sendiri.
Dengan iman akan Sabda-Nya “Aku menyertaimu sampai akhir zaman”, kita percaya Yesus selalu ada menemani kita melewati jatuh bangun dalam usaha menjadi orang yang lebih baik. Yesus selalu menaruh harapan besar kepada kita. Ia tidak pernah putus harapan dalam menanti kita bangkit kembali.