TEMPUSDEI.ID (7 OKTOBER 2021) – Susanti Ndapataka, pemenang Medali Emas PON XX Papua tidak bisa menyembunyikan rasa gembira dan harunya ketika sampai di halaman rumanya di Oekusi, Kabupaten Kupang.
Air matanya jatuh membasahi halaman rumah tempat dia selalu berlatih. Sejurus kemudian ia memeluk lelaki mungil berkulit legam bernama Maskur Ndapataka. Tidak lain, Maskur adalah ayah dari Susan. Sejurus kemudian, Susan mengalungkan medali yang ia rebut dalam ajang PON Papua dari cabang olahraga Muathay kepada sang ayah. “Ini Papa,” ucapnya, lalu mengalungkan medali dan mencium sang ayah. Mata Maskur, pria yang berasal dari Sumba Barat Daya itu berkaca-kaca menahan haru. Ibunya Fatimah Kopong sudah meninggal pada 2004.
Mestinya Maskur ingin turut serta menjemput anak bungsunya itu, namun ia harus menahan keinginannya itu, sebab dia harus tetap menjalankan pekerjaannya mengembalakan sapi. Dengan pekerjaan inilah ia bisa menghidupi keluarganya dengan “seadanya”. Mereka pun tinggal di sebuah rumah yang sangat sederhana beratap rumbia. Di depan rumah terdapat beberapa batang pohon. Pada batang dan cabang pohong-pohon inilah Susan menggantung alat-alat latihannya berupa karet ban mobil yang menjadi sasaran untuk melatih pukulan dan tendangan.
Sesampai di rumahnya dengan iringan puluhan motor, Susan langsung mangalungkan medali yang diraihnya kepada sang ayah.
Tangis keluarga dan kerabat Susan pecah menyambutnya. Mereka bangga dengan Susan, terutama karena perjuangannya yang sangat tekun dan keras. Mereka semua melihat dengan mata kepala sendiri Susan dengan segala keterbatasan tetap berlatih keras. Boleh dikatakan, tekad dan kemauan keraslah modal utama keberhasilannya.
Susan pun sudah terbiasa dengan hidup yang sederhana, bahkan serba kekurangan, tanpa banyak mendapat tepuk sorak. Karenanya, dia tidak terlalu ambil pusing ketika harus menumpang mobil pick up butut dari Bandara Internasional Eltari Kupang menuju ke rumah pelatihnya.
Tentang kondisi mobil yang menjemput, Angga Silitonga, pelatih Susan, memberi klarifikasi. Ketika ditawari mau naik kendaraan tertutup atau terbuka, ia memilih kendaraan terbuka dengan tujuan agar sang atlet dilihat orang. “Tidak membayangkan bahwa mobil terbukanya seperti ini,” ujar Angga.
Sebelumnya, Susan sendiri telah menyampaikan kepada Angga agar tidak ada penjemputan. Alasannya, ketika meraih juara di berbagai event sebelum-sebelumnya tidak ada penjemputan juga. Susan mau yang sederhana dan biasa-biasa saja. Namun setelah Angga meyakinkan Susan bahwa PON ini event besar, maka Susan menyetujui penjemputan.
Susan sendiri seperti disampaikan kepada tempusdei.id melalui sambungan telepon, tidak permasalahkan kendaraan yang menjemputnya. Dia hanya memohon dukungan agar bisa ikut Sea Games. “Mohon dukungan, ya Kak, supaya bisa ikut Sea Games,” pungkasnya.
Diberitakan reporter Pos Kupang, pada 7 Oktober padi, Wakil Gubernur telah mengadakan sarapan pagi bersama para atlet peraih medali di rumah jabatan Wagub. Wagub menjelaskan bahwa akan ada hadiah untuk para atlet peraih medali PON Papua. “Nanti disampaikan ketika penyambutan resmi bersama bapak Gubernur pada 17 Oktober,” kata Josef Nae Soi. (tD/EDL)
Susan, anak yg rendah hati dan penuh hormat pada kerja keras orang tuanya. TYM
Betul, Pak Agust.
Semangat sayg dan tetap optimis dlm berlatih
Semoga sukses sellu
Tuhan memberkatiMu