SEMARAK DI PANTAI SEMAU – FLOBAMORA
Oleh Simply da Flores
Anak Kampung Pulau Naga
Warna-warni lampu gemerlap di Pantai Semau,
depan wajah Kupang ibukota Propinsi NTT
Ombak samudera mengempas sejuta tanya duka lara
Pusaran arus Pukuafu
terus membayangi ingatan rakyat Flobamora
akan tragedi bencana Seroja dan Korona
Peringatan Istana Merdeka Jakarta masih menggema,
bahwa NTT harus waspada,
bahwa korban pandemi Covid-19 meningkat tajam,
bahwa bedang berlangsung PPKM level empat
dan proses vaksinasi
Terkuak aneka berita di layar dunia maya sejagat
ternyata ada pesta mewah
para penguasa daerah NTT
di Pantai Pulau Semau
para pejabat propinsi dan kabupaten
rayakan kekuasaan dan kemerdekaan
Mereka ternyata bebas
dari aturan Prokes Covid-19
Makanan nikmat,
alunan musik dan bisik rahasia canda cerita
menyanyi menari bahagia
Prokes hanya untuk rakyat,
pegawai kecil, masyarakat jelata
bergulat sakit duka lara dan kematian saudara
dan kebingungan terbelenggu ketakutan,
menjerit lapar dan dahaga
entah mencari ke mana,
semua serba butuh uang
dan tak ada pekerjaan pengasilan
Mungkin ini yang hasilkan gelar arti nama NTT
menjadi Nasib Tidak Tentu
Nusa Tanah Terkorup
Nusa Termiskin Tertinggal
Nanti Tuhan Tolong
karena pejabat berpesta-pora
rakyat duka lara derita
Dari ingar-bingar pesta
menggema alunan lagu ironi
“… Lebih baik di sini rumah kita sendiri…”
Mungkin ingatkan segenap rakyat agar diam
dan terima saja,
nyanyikan saja lagu Bolelebo:
“Bae sonde Bae, Flobamora Lebe Bae..”
Ombak lautan sejuta tanya
terus mengempas jiwa raga
duka derita sakit lara
masyarakat Pulau Timor Lorosae,
Tanah Sumba Bumi Marapu,
Pulau Flores Nusa Nipa,
Alor Pantar Pulau Kenari,
Rote dan Sabu Bumi Gula Aer
Rakyat Flobamora merana
hadapi Prokes dan serangan Korona
Para pejabat daerah
merdeka rayakan kewenangan
dan bebas aturan hukum
Memang setiap hari ada pertemuan alamiah
tetapi lautan dan samudera
dengan ombak gelombang yang mengempas
tidak pernah sama
dengan hamparan pasir pantai
yang pasrah tak berdaya
Mungkin para pejabat itu samudera,
dan rakyat hanya pasir pantai
ALPUKAT DAN SECANGKIR KOPI PAHIT
Oleh Simply da Flores
Alpukat:
Hai Black, kau terkenal ya. Sudah hitam, pahit, tapi disukai begitu banyak orang. Apa sih azimatmu?
Kopi Pahit:
Makasih pujianmu. Aku heran, engkau cantik, bergizi, energik, kenapa ya tidak menggoda? Belum ada ritual nikmati Alpukat
Alpukat:
Ya barang istimewa, tdak untuk semua orang. Hanya yang pandai merawat kesehatan dan tahu khasiat.
Kopi Pahit:
Testimoni pemirsa tentang siapa aku dan apa manfaatku, tidak perlu diperdebatkan.
Hitam dan pahit, tapi jadi favorit dan membius generasi
Alpukat dan Kopi Pahit:
Boleh kita bercanda, tapi kita sama kekayaan alam semesta. Zaman milenial ini, mari kita kolaborasi, bikin harmoni, berikan energi inspirasi
Kopi Pahit plus Avocado
Avocado with Black Coffee
AvoCoffee
Black AvoCoffee
Ha a a a
MENYEPI DI BATAS HARI
Oleh Simply da Flores
Terdengar suara riuh gemericik
di pucuk-pucuk lontar
Sepoi angin laut bersahutan
ucapkan selamat jalan pada senja yang pulang
Kawanan kuda liar
berlari penuh gelora rindu
damba memburu mentari
sepanjang hari….
Malam tiba sebentar lagi,
datang membawa purnama
Kuda, rusa dan semua fauna
penghuni savana tanah ini
akan berpesta asmara
Hanya hamparan padang ilalang
yang abadikan makna senja dan purnama
dengan energi misteri alam semesta
Pak Simply, inilah momentum utk tahu “liarnya” nafsu para pejabat kita.